TOBA - SUMUT, //sindo7.id - Dugaan warga setempat atas pasal musibah bisa terjadi, berawal dari pihak orang tuanya ( ayah korban) tidak berikan izin doa restu dan dukungan untuk Impian sang anak untuk melanjutkan kuliahnya, si anak berinisial KS (19 tahun). Jadi berujung tinggal nama, Sabtu (22/03/25)
IRONISNYA :
Padahal almarhum anak tersebut telah lolos Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) di Politeknik Negeri Manado, Sulawesi Utara, jurusan elektronik dari pelajar salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta di salah satu desa dari kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba. Dan nekad bunuh diri di sungai yang tidak jauh dari kediamannya. Dan semasa hidupnya, almarhum si anak dikenal sangat pendiam berikut tiada hari terlewati waktunya dengan belajar atau disebut kutu buku. Dan tidak pernah menurun nilai prestasinya, selalu masuk golongan siswa yang dapat juara dari siswa dan siswi di sekolahnya (prestasi sangat baik).
DARI SUDUT PENILAIAN DARI TEMANNYA DAN WARGA SEMASA HIDUPNYA :
Atas Informasi berita ini dikutip oleh wartawan media sindo7.id dari kalangan masyarakat sekitar kedimanya dan teman - teman sekolahnya almarhum (KS), sangat dikenal pendiam dan merupakan salah satu siswa terajin dan rapi di sekolahnya. Semasa hidup Almarhum dikenal tidak pernah membuat masalah dan selalu menyendiri bertemankan buku pelajaran baik di sekolah maupun dirumahnya.
Penuturan dari salah satu teman almarhum dari sekolahnya, yang enggan disebutkan namanya, korban (KS) merupakan siswa yang baik di sekolah dan tidak pernah melakukan kesalahan dan mengganggu teman - teman lainnya. (KS) termasuk siswa yang disiplin dan taat aturan yang diterapkan sekolah, ungkapnya.
"Senada dan dia jarang bergabung dengan teman - teman saat istirahat jam pelajaran. Lebih memilih menyendiri bertemankan buku pelajaran. Bisa dibilang serius menimba ilmu pengetahuan," ujar temannya.
Di tempat terpisah, dari penyampaian tetangganya sangat bangga dengan kepribadiannya. Sikap yang dimiliki almarhum anak tersebut. Selain dikenal anak yang pintar, juga penurut, dan tidak pernah berkeliaran di luar seperti anak remaja sekarang ini.
Berlanjut menurut penilaian warga dekat dengan kediamannya, (Desa Bius Gu Barat) Kecamatan Parmaksian, almarhum anak tersebut setiap pulang sekolah langsung menuju rumah. Dan selalu menghabiskan waktunya di dalam rumah dengan buku pelajarannya.
"Sikap pribadinya tidak suka berkumpul - kumpul dengan teman sebayanya sehingga kurang pergaulan dan kelihatannya tertutup," tutur salah seorang warga setempat ( SG ), ucapkannya.
Lanjutan sumber informasi di telusuri oleh wartawan Sindo7 dari warga lainnya, menilai dengan dugaan terkait orang tuanya melarang untuk kuliah karena terbentur biayanya, menilai isu yang berkembang di kalangan warga tidak benar. Dikarenakan almarhum (KS) merupakan anak bungsu dari lima bersaudara, tegaskannya ( AL ) dan tidak bersedia di sebut langsung namanya.
Dan seorang ibu juga turut berikan penuturannya bahwa, " Dari empat abangnya sudah bekerja dan terbilang sukses, tentu mampu membantu membiayai adiknya tersebut untuk melanjutkan kuliah," tutur kata dari seorang ibu (bm).
PENILAIAN PASAL PERISTIWA TERSEBUT DARI WARGA SETEMPAT :
Berikut dengan penilaian dari pihak warga setempat, dari pasal peristiwa kejadian tersebut. Dan informasi yang beredar di masyarakat kalangan umum, sesungguhnya bahwa orang tuanya merasa sangat kuatir dengan korban (KS), yang bercita - cita akan melanjutkan kuliahnya ke Manado. Dikarenakan tempat tersebut terlalu jauh untuk dijangkau nantinya oleh Ayah korban.
Warga lainnya juga menyampaikan jika nantinya KS ( almarhum ) kuliah di Manado, tentu orang tuanya tidak memiliki teman. Karena ayahnya sudah berpisah dengan istrinya. Dan sehari - harinya tinggal dengan ayahnya usia dari sekolah, dengan almarhum (KS). Apabila nantinya jauh akan sulit ketemuan untuk bertatap muka (melepas rindu orang tuanya).
"Selain kekuatiran dari orang tuanya (siayah), dengan anaknya, yang dikenal tidak pintar bergaul. Bagaimana nasibnya kuliah di Manado, siapa yang akan mengawasi dan mengontrol kehidupannya," dari penjelasan warga lainnya.
Dari hasil sumber materi kronologis kutipan berita ini, sebelum di muat dalam berita yang Jelas seorang siswa inisial KS, yang sudah memasuki usia 19 tahun, bunuh diri hanya karena tidak dapat dukungan resmi' atau direstui orang tuanya, untuk lanjutkan kuliah karena terlalu jauh. Walaupun almarhum sudah lulus Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasinya, dari sudut sumber penilaian warga Desa Lumban Manurung, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba, yang ditemukan tenggelam di sungai Bius Barat, Kecamatan Parmaksian, pada hari Jumat (21/3/2025).
SUMBER MATERI PEMAHAMAN DARI APH :
Saat di konfirmasi ke pihak Aparat Penegak Hukum (Kepolisian) dari Polsek Porsea, AKP Daniel Aritonang ( Kapolsek ), membenarkan peristiwa tersebut. Daniel memaparkan, awalnya pada Rabu (19/3/2025), sekitar jam 13.00 WIB, korban duduk di tepi sungai Desa Lumban Manurung diduga frustasi karena tidak mendapatkan izin restu dari orang tuanya untuk melanjutkan kuliahnya.
"Sebelumnya, orang tuanya (ayahnya) udah membujuk korban ( KS ) agar segera pulang kediamannya sambil mengatakan tutur rayuan dan sang ayah sudah macam cara untuk buat alasannya agar jangan duduk di tepian sungai tersebut, namun korban enggan pulang," kata Kapolsek.
Sembari, ayah korban pergi tinggalkan korban untuk membeli token listrik. dan Setelah usai dari warung ayah korban kembali ke lokasi, berikut korban ( KS ) tidak ditemukan di lagi.
"Melihat anaknya tidak berada di lokasi, selanjutnya ayah korban pulang untuk minta tolong kepada warga dan untuk mencari korban akan tetapi tidak ditemukan," ujar Daniel.
Dihari berganti, pada Jumat, 21 Maret 2025, ayah korban beserta warga berusaha mencari dan membuka bendungan sungai tiba - tiba jasad korban muncul ke permukaan air yang tidak jauh dari lokasi bendungan.
"Informasi yang didapat bahwa Korban lulus SNBP di Manado tahun ini," kata Kapolsek.
Kapolsek menyampaikan bahwa kedalaman sungai di mana korban diduga tenggelam kurang lebih 3 meter, jelaskanya
DARI LANGKAH TAHAPAN PERMOHONAN PIHAK KELUARGA KORBAN KE APH :
Dari pihak keluarga ( KS ) menyampaikan permohonan kepada penyidik Polres Toba, agar korban tidak usaha dilakukan otopsi. dari pihak keluarga sudah menerima dengan atas kejadian tersebut. Dikarenakan sebab kematian korban dikarenakan bunuh diri ke sungai dan tenggelam dan bersedia untuk membuat surat pernyataan penolakan tidak diotopsi. Sekitar pukul 11.00 Wib, berikut korban sudah dibawa ke rumah duka, ( orang tuanya ) pungkasnya.
Rdks (Tim Lip krlp Toba MS)
0 komentar:
Posting Komentar